Sabtu, 25 Desember 2010

Bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR)

Bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR)

Definisi Bayi Dengan Berat Badan Rendah
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR).
Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan ( NKBSMK).
2. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK ).

Etiologi
1. Faktor Ibu.
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu muda.

Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

Komplikasi
1. Sindroma distress respiratori idiopatik
Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :
a) rintihan waktu inspirasi
b) napas cuping hidung
c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit
d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )
2. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea.
3. Fibroplasias retrolental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
4. Serangan apnea
Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan pemantau apneadan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat.
5. Enterokolitis nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan.

Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
2. Nutrisi
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

Gambaran fisik bayi prematur:
* Ukuran kecil
* Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
* Kulitnya tipis, terang, dan berwarna pink (tembus cahaya)
* Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
* Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
* Rambut yang jarang
* Telinga tipis dan lunak (lembek)
* Tangisannya lemah
* Kepala relatif besar
* Jaringan payudara belum berkembang
* Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
* Reflek menghisap dan reflek menelan yang buruk
* Pernapasan yang tidak teratur
* Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit (anak laki-laki)
* Labia mayora belum menutupi labia minora (pada anak perempuan).

Sumber:
Prawirohardjo, Sarwono, Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Jakarta.
Saifuddin, A Bani. 2008. Buku Panduan Pratis Pelayaan kesehatan dan Neonatal. Yayasan Bani Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500gram (Saefuddin,2007)

Etiologi
Etiologi persalinan preterm sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukan tindakan sehingga terjadi persalinan preterm.
Faktor Resiko
a)Faktor Sosio Budaya
•Perokok atau penyalahgunaan obat (alcohol,kokain,dsb)
•Kemiskinan
•Pendek kurus
•Umur <18Th-40Th
•Tidak / kurang mau melakukan pemeriksaan antenatal
•Ketururnan
•Ras berkulit hitam
b)Kondisi yang menimbulkan partus preterm
•Hipertensi
•Perkembangan janin terhambat (PJT)
•Solusio plasenta
•Plasenta previa
•Kelainan rhesus
•Diabetes
c)Kondisi yang menimbulkan kontraksi
Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin
•Kelaianan bawaan uterus
•Ketuban pecah dini
•Serviks inkompeten
•Kehamilan ganda
d)Komplikasi medis/obstetric
@ Perdarahan plasenta, dengan pembentukan prostaglandin dan mungkin induksi stress
•Janin mati, kelinan konsepsi/kelainan congenital
•KPD
•Plasentasi yang kurang baik
•Distensi uterus
•Riwayat pernah melahirkan premature
•Kelainan serviks
•Penyakit ibu yang berat
•Kurang gizi mengakibatkan anemia, kekurangan Zn dan asam folat
•Anomaly uterus

Adanya faktor tersebut yang terpenting adalah bagaimana menemukan kasus resiko tinggi dan kemungkinan memberikan penyuluhan agar ibu dapat mengurangi resiko tambahan. Riwayat berat lahir rendah mempunyai perkiraan preterm sebanyak 17,5% suatu resiko relative hamper 2,5 kali. Ia juga menunjukkan bahwa kelas sosioekonomi yang rendah mempunyai resiko relative hamper 2 kali. Berat ibu yang menunjukkan kemungkinan kurang gizi juga mempunyai resiko meningkat dibandingkan dengan gizi lebih baik. Ada pula hubungan bermakna antara kerja fisik (mengangkat berat, kerja berat, dan sebagainya) dengan kejadian preterm.

Penanganan Umum
•Lakukan evaluasi cepat keadaan umum ibu
•Upaya melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi
Penilaian Klinik
a)Kriteria persalinan premature antara lain kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lender kemerahan atau cairan pervaginam dan dikuti salah satu berikut ini:
-Pada periksa dalam
# Pendataran 50-80% atau lebih
#Pembukaan 2 cm atau lebih
-Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG
#Panjang serviks kurang dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan preterm
#tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan menghalangi terjadinya persalinan preterm
b)Cara edukasi pasien bahkan dengan monitoring kegiatan di rumah tampaknya tidak memberikan perubahan dalam insiden kelahiran preterm.
Penanganan
•Coba hentikan kontraksi uterus/penundaan kelahiran
•Persalinan berjalan terus dan siapkan penganan selanjutnya

Upaya menghentikan kontraksi uterus
Kemungkinan oabat0obatab tokolitik hanya berhasil sebentar tapi penting untuk dipakai memberikan kortikosteroid sebagai induksi maturitas paru bayi bila usia gestasi kurang dari 34 minggu
Intervensi ini bertujuan untuk menunda kelahiran sampai bayi cukup mantang. Penundaan kelahiran ini dilakukan bila:
-Umur kehamilan kurang dari 35minggu
-Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
-Tidak ada amnionitis, preeclampsia atau perdarahan yang aktif
-Tidak ada gawat janin
Ibu masuk ke rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap his dan pembukaan.
-Berikan kortikosteroid untuk meperbaiki kematangan paru janin
-Berikan 2 dosis betamethason 12mg IM selang 12 jam (atau berikan 4 dosis deksamethason 5 mg IM selang 6jam)
-Steroid tidak boleh diberikan bila infeksi yang jelas.

Pencegahan persalinan preterm
Meskipun disadari manfaat pemeriksaan antenatal dalam menurunkan kejadian berat lahir rendah, tetapi kualitas pelayanan masih perlu disangsikan. Secara luas perlu dilakukan upaya menurunkan kejadian berat lahir rendah dengan:
-Pendidikan masyarakat melaui media yang ada tentang bahaya dan kerugian kelahiran preterm atau berat lahir rendah. Masyarakat diharapkan untukmenghindarkan faktor resiko diantanya ialah dengan menjarangkan kelahiran menjadi lebih dari 3tahun, menunda usia kehamilan sampai dengan 22-23 tahun dan sebagainya.
-Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal yang baik
-Mengusahakan makan lebih baik pada mas kehamilan agar menghindarkan kekurangan gizi dan anemia.
-Menghindarkan kerja berat selama hamil. Dalam hal ini diperlukan pertauran yang melindungi wanita hamil dari sangsi pemutusan hubungan kerja.
Yang dimaksud disini dengan pencegahan ialah pencegahan kelahiran preterm bukan karena kondisi medic (perdarahan,hipertensi). Jadi bila ada psien dengan indikasi riwayat preterm atau gemelli maka dapat dimasukkan kedalam program ini. Apa yang dimaksud dengan program ini?
Beberpa penelitian telah mencoba membuat program bagi pasien dengan indikasi partus preterm dan mencoba menghentikan proses dengan tokolisis; hasilnya cukup baik dengan menurunnya kejadian preterm separuhnya.
Pasien diberitahu mengenai gejala kontraksi, baik secara palpasi maupun alat perakam selama 2 jam dalam sehari. Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan ternyata kontraksi menjadi lebih sering yaitu 2kali/10menit dalam 48jam menjelang partus. Pasien dapat diintruksikan bila merasakan kontraksi 4 kali atau lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik.
Pasien di anjurkan untuk datang ke klinik dan dinilai keadaan serviks yang bila ternyata sudah matang maka dilakukan pengobatan tokolisis, sebelum memberikan terpi tokolisis sebaiknya dilakukan pengawasan adanya his (sebaiknya dengan tokografi), dalam keadaan pasien berbaring ke miring dan memberikan minum. Bila kontraksi hilang maka perlu melanjutkan terpai tokolisis.
Perlu diperiksa adanya kontraindikasi pemberian obat. Obat beta mimetik jangan diberikan pada pasien dengan penyakit jantung, oedem paru. Pengobatan tokolisis dimulai dengan infuse dan kemudian dapat dilanjutkan dengan obat oral secara berobat jalan bila ternyata parus dapat ditunda.

Persalinan berlanjut
Bila tokolisis tidak berhasil lakukan persalianan dengan upaya maksimal jangan menyetop kontraksi uterus bila:
-Umur kehamilan 35 minggu
-Serviks membuka lebih dari 3cm
-Perdarahan aktif
-Janin mati dan adanya kelaianan congenital yang kemungkinan hidup kecil
-Adanya khorioamnionitis
-Preeclampsia
-Gawat janin
Monitor kemajuan persalianan dengan partograf, hindarkan pemakaian vacuum untuk melahirkan (sebab resiko perdarahan intrakranial pada bayi premetur cukup tinggi).
Persiapan menolong bayi prematur, asfiksia bias memperburuk penyakit membrane hialin dan komplikasi premature
Tindakan bayi postpartum:
-Usahakan lingkungan yang hangat
-Oksigen
-ventilasi

Sumber:
Prawirohardjo, Sarwono, Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Jakarta.
Saifuddin, A Bani. 2008. Buku Panduan Pratis Pelayaan kesehatan dan Neonatal. Yayasan Bani Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta

Kamis, 08 April 2010

perubahan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler pada kehamilan


Sistem kardiovaskuler
  Jantung membesar sekitar 12% antara awal dan akhir kehamilan
  90% mengalami murmur ejeksi sistolik yg berlangsung hingga minggu pertama pascapartum.Jika tidak disertai abnormalitas yg lain hal ini menunjukkan adanya peningkatan curah jantung.
  20% mengalami murmur diastolik transien dan 10% mengalami murmur kontinu yg terdengar di atas dasar jantung, menyebabkan peningkatan aliran darah ke payudara.
  Peningkatan curah jantung antara 35-50% dari rata-rata 5 L/menit sebelum hamil menjadi 7L/menit pd minggu ke 20 hal ini akibat peningkatan isi sekuncup dan frekuensi jantung
  Variasi yang besar dalam curah jantung, frekuensi nadi, tekanan darah dan aliran darah regional dpt terjadi sesuai  dg perubahan trivial postur, aktivitas dan ansietas.
  Nilai nadi biasanya naik 84/menit dan tekanan darah arteri menurun  pd TM II, tekanan darah vena cenderung naik pada TM I
  Curah jantung mencapai jumlah maksimal pd 24 minggu dan dipertahankan pd jumlah ini hingga cukup bulan
  Tekanan darah sistolik menurun rata-rata 5-10 mmHg dibawah batas dasar dan tekanan diastolik menurun 10-15 mmHg pd usia gestasi 24 minggu
  Sindrome hipotensi telentang terdiri atas hipotensi,bradikardia,dan sinkop (karena pada posisi terlentang, uterus gravid yg menekan aorta sehingga  tekanan uterina lebih rendah dari pada tekanan darah arteri brakialis)
  Posisi terlentang dapat menurunkan curah jantung hingga 25%
  Aliran darah pd ekstermitas bawah melambat pd akhir kehamilan,aliran balik vena yang buruk dan peningkatan tekanan darah pd tungkai menyebabkan meningkatnya distensibilitas dan tekanan vena tungkai, vulva,rektum,pelvis,edema dependen, varises pada vena tungkai dan vulva, serta hemoroid.
  Aliran darah pd ginjal meningkat (70-80%) 400 ml/menit pd usia gestasi 16 minggu sehingga meningkatkan ekskresi.
  Aliran darah pd tangan dan kaki mencapai 500 ml/menit pd minggu ke-36, hal ini membantu menghilangkan kelebihan panas yg diproduksi oleh peningkatan metabolisme massa maternal-janin dan kerja kardiorespiratorius selama kehamilan.
  Vasodilatasi perifer yg terkait merupakan penyebab mengapa wanita hamil “merasa kepanasan” berkeringat banyak setiap saat merasakan tangan yg lembab dan sering kali menderita hidung tersumbat.
  Aliran darah ke payudara meningkat hingga 2%      vena dipermukaan payudara berdilatasi, pembesaran payudara, rasa hangat dan gatal sejak awal kehamilan.
  Sirkulasi uteroplasenta meningkat 1-2% pd pd TM I hingga 17% pd kehamilan cukup bulan (500ml/menit)
  Volume plasma darah meningkat 50%     sehingga terjadi hemodilusi pd 32-34 minggu, anemia fisiologis, penurunan konsentrasi protein plasma dan penurunan konsentrasi imunoglobulin 
Daftar pustaka
  Cuningham, F.G et al.2006. Obstetri William, Edisi 21. EGC .Jakarta
  Fraser,Diane M. Margaret A.Cooper.2009.Myles Buku Ajar Bidan, Edisi 14. EGC.Jakarta
  Salmah. Rusmiati.dkk.2006.Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC.Jakarta
  Varney,Helen. et al. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Volume 2.EGC.Jakarta.
  Wiknjosastro,Hanifah.2007.Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta

Kamis, 25 Maret 2010

Melakukan asuhan pada klien dalam keadaan kritis

Kehilangan (Loss)
Suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,baik sebagian atau keseluruhan.

Jenis-jenis kehilangan
1.Kehilangan objek eksternal misalnya:kecurian atau kehancuran akibat bencana alam
2.Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya: kehilangan karena berpindah rumah, dirawat dirumah sakit atau berpindah pekerjaan
3.Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti misalnya kehilangan keluarga atau teman dekat
4.Kehilangan suatu aspek diri misalnya kehilangan anggota tubuh dan fungsi psikologisnya/fisik
5.Kehilangan hidup misalnya kehilangan karena kematian anggota keluarga,teman dekat

Dampak kehilangan
1.Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi, serta merasa takut saat ditinggalkan/dibiarkan kesepian
2.Pada masa remaja/dewasa muda, kehilangan dapat menimbulkan disintegrasi dalam keluarga
3.Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup individu yang ditinggalkan.

Berduka (Grieving)
Istilah kehilangan mencakup dua hal yaitu berduka(grieving) dan berkabung (mourning)
Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan
Berkabung merupakan periode penerimaan terhadap kehilangan dan berduka

Jenis-jenis berduka
Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan, misalnya kesedihan,kemarahan,menangis,kesepian dan menarik diri aktivitas untuk sementara.
Berduka antisipatif yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi,misalnya ketika menerima diagnosis terminal.
Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir sehingga dapat mengancam hubungan individu yang bersangkutan dengan individu lain.
Berduka tertutup yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka,misalnya kehilangan pasangan karena AIDS.

Kematian (Death) dan Sekarat (Dying)
Kematian merupakan suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat,yang dapat terjadi dini dan lanjut.
Sekarat (Dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.

perubahan psikologi pada ibu hamil

Perubahan emosi secara normal pada kehamilan mengalami fluktuasi antara emosi positif dan negatif (riley 1995) dan menurut Johnstone (1994), mencakup hal-hal berikut:
Trimester 1:
Kesenangan,kebahagiaan,kegembiraan
Kecemasan, kekecewaan
Ambivalen
Emosi yg labil
Peningkatan femininitas
Dianggap sebagai masa penentuan
80% wanita pada trimester ini mengalami: kecewa,menolak, gelisah, depresi dan murung.
Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang
TRIMESTER 2:
Dikatakan sebagai periode pancaran kesehatan
Perasaan sejahtera, terutama saat efek fisiologis spt kelelahan, mual dan muntah mulai menghilang
Meningkatnya rasa keterikatan dg janin; dampak USG yg menimbulkan gambaran bagi calon orang tua dpt meningkatkan pengalaman
Stress dan kecemasan mengenai skrining ANC dan pemeriksaan diagnostik
Peningkatan kebutuhan pengetahuan dan informasi sbg persiapan seiring dg mendekatnya waktu persalinan
Adanya perasan untuk mengurangi komitmen pekerjaan.
Dalam trimester 2 ini dibagi juga dalam 2 fase
*Pra-Quickening:
@ Quickening:menunjukkan adanya kehidupan terpisah antara ibu sebagai dirinya sendiri dan yang berbeda dari ibunya
@ terjadi pada akhir trimester1 dan selama trimester 2 dan akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas diri
@ wanita akan mengalami dan mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia alami dg ibunya
@ Mengalami konflik berupa kompetisi dg ibunya agar dapat terlihat sbg ibu yang “baik”
*Pasca Quickening

Trimester 3(periode penantian)
Hilang / meningkatnya libido
Gangguan citra tubuh
Dampak psikologis akibat ketidaknyamanan fisiologis, misalnya yeri punggung, nyeri epigastrik
Kecemasan akan persalinan
Kecemasan mengenai abnormalitas pd janin yg dapat mengganggu tidur/menyebabkan mimpi buruk
Peningkatan kerentanan terhadap peristiwa penting dalam hidup, misal kondisi keuangan, kurang dukungan pasangan

Selasa, 09 Maret 2010

FISOIOLOGI MENYUSUI

FISOIOLOGI MENYUSUI
  • Dipacu oleh meningkatnya produksi prolaktin dan oksitosin sebagai respons terhadap stimulasi hisapan mulut bayi (sucking).
  • Dengan meningkatnya prolaktin, terjadi produksi air susu, sementara oksitosin menyebabkan kontraksi mammae yang membantu pengeluaran air susu.
  • Oksitosin juga berfungsi meningkatkan kontraksi uterus sehingga membantu involusi. Setelah tercapai tingkat kontraksi tertentu, kadar prolaktin dan oksitosin menurun kembali (feedback negatif ?), sehingga produksi dan pengeluaran berhenti.
  • Produksi ASI dirangsang melalui "let down reflex" yaitu rangsang puting - hipofisis - prolaktin - kelenjar susu.
  • Demikian juga oksitosin akan keluar sebagai hormon yang memompa mioepitel duktus mamaria. Pada saat menyusui mungkin ibu merasakan ngilu / kontraksi di daerah uterus karena pengaruh oksitosin yang meningkat juga terhadap uterus.

o Refleks prolaktin

  • Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu terangsang.
  • Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu keluarnya hormon prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
  • Jadi makin sering bayi mengisap, makin banyak prolaktin yang dilepas dan makin banyak ASI yang diproduksi.
  • Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian lain dari otak yang akan melepaskan hormon oksitosin.
  • Oksitosin akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar hingga mencapai sinus laktiferus di balik areola, untuk kemudian menuju putting susu.
  • Dengan demikian terjadi "areolar engorgement" (pembengkakan). Kadang-kadang tekanan karena kontraksi otot itu begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur dan dapat membuat bayi tersedak.
  • Keluarnya air susu karena kontraksi otot tersebut disebut "let down reflex".
  • Melalui refleks inilah terjadi pula kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta (ari-ari) dan mengurangi perdarahan.
  • Oleh karena itu setelah bayi dilahirkan, kalau keadaan memungkinkan sebaiknya bayi segera disusukan ibunya (kontak dini).
  • Terjadinya refleks aliran dipengaruhi oleh jiwa ibu.
  • Rasa kuatir atau kesusahan akan menghambat refleks tersebut. Sebaliknya, tidak jarang, refleks ini terjadi pula bila sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya saat berada jauh dari bayinya itu.

PAYUDARA

PAYUDARA
 Letak normal payudara bagian atas dari iga kedua atau ketiga sampai bagian bawah di iga keenam atau ketujuh.
 Payudara atau mammae terdiri dari jaringan kelenjar (glandula mamaria), fibrosa, dan lemak.
 Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi
1. Pars Sekretorius, yaitu tubulus dan alveolus (yang menghasilkan susu) dan
2. Pars Ekskretorius atau duktus (saluran untuk mengeluarkan susu).
 Payudara bagian tengah dibatasi sternum dan di lateral dibatasi linea aksilaris anterior, sampai bisa sejauh batas anterior muskulus latisimus dorsi.
 Sebagian besar jaringan kelenjar payudara berada pada daerah kuadran lateral atas.
 Payudara tersusun atas sejumlah lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
 Kelenjar payudara berada di antara lapisan superfisial dan profundal dari fascia superfisialis, serta ditutupi oleh lapisan dalam fascia superfialis, dimana dari lapisan superfisial fascia superfisialis, terdapat ligamen cooper yang turun ke jaringan kelenjar payudara
 Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar
 Kelenjar mama merupakan kelenjar kulit khusus yang terletak didalam jaringan bawah kulit (subkutan)
 Sebuah lobus diliputi jaringan interlobaris yang mengandung banyak lemak
 Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini
 Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui.
 Sebagai hasilnya, terdapat 15-20 saluran puting susu, mengakibatkan banyak lubang pada puting susu
 Duktus interlobar bermuara kedalam duktus interlobular yang kemudian bersatu membentuk sebuah saluran keluar dari setiap lobus yang disebut duktus laktiferus
 Duktus laktiferus berjalan melewati putting dan melebar didekat ujungnya pada puncak putting membentuk sinus laktiferus
 Setiap lubang berdiameter 2-4 mm (0,08-0,16 inci). Lemak dan jaringan penghubung mengelilingi bola-bola jaringan kelenjar

Senin, 08 Maret 2010

Philosofi asuhan kebidanan

Philosofi asuhan kebidanan

merupakan keyakinan/pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka pikiran dalam memberikan asuhan kepada klien

Tujuh aspek yang diyakini oleh bidan

Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan

Keyakinan tentang perempuan

Keyakinan mengenai fungsi profesi dan pengaruhnya

Keyakinan tentang pemberdayaan dan membuat keputusan.

Keyakinan tentang asuhan

Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan

Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya

Filosofi Kebidanan Berprinsip Pada Prinsip Askeb yang meliputi :

Proses kelahiran mrp suatu yg fisiologis

Non Intervensi/cara sederhana

Aman, berdasarkan evidence based

Orientasi pada ibu scr komprehensif

Menjaga privasi/kerahasiaan ibu

Membantu ibu dlm menciptakan proses yg fisiologis

Memberi informasi, penjelasan dan konseling yg cukup

Mensupport ibu dan kel agar aktif

Menghormati praktek (adat, keyakinan dan agama)

Menghormati kes fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu

Usaha promosi dan prevention

Jumat, 05 Maret 2010

anatomi fisiologi reproduksi wanita

ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA

Referensi

· Cunningham, et all, Obstetri William, Edisi 21, Jakarta, EGC, hal 33 - 39

· Llewellyn, 2002, Dasar – Dasar Obstetri Ginekologi, Jakarta, Hipokrates, hal 17 - 20.

· Prawirohadjo, S, 2005, Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Balai Pustaka Sarwono Prawirohadjo, hal 57 – 60.

· Hacker, Moore, Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2. Jakarta : EGC, 2001. hal 41 – 49.

· Sastrawinata, S. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung, Bagian Obstetri Ginekologi FK Universitas Padjadjaran, hal 11 - 27

Anatomi Genetalia Interna

Genitalia interna adalah : alat reproduksi wanita yang terletak di dalam rongga pelvis.

Bagian – bagian genitalia Interna:

  1. Vagina
  2. Uterus
  3. Tuba pallopi
  4. ovarium

VAGINA

Vagina: Merupakan saluran muskulo membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.

Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum.

Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan didinding bagian belakangnya sekitar 11cm.

Pada dinding vagina terdapat lipatan – lipatan yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, terutama pada bagian bawah vagina.Setelah melahirkan, sebagian dari pada rugae akan menghilang.Walaupun disebut selaput lendir vagina, selaput ini tidak mempunyai kelenjar – kelenjar sama sekali hingga tidak menghasilkan lendir,mungkin lebih baik disebut kulit.Ke dalam puncak vagina menonjol ujung dari serviks. Pada puncak (ujung) vagina yang menonjol pada bagian dalam disebut dengan porsio.

Puncak vagina dibagi menjadi 4 bagian:

· Fornik anterior

· Fornik posterior

· fornik lateral kanan dan kiri.

Vagina mempunyai vaal penting:

  1. sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah waktu haid dan sekret uterus.
  2. sebagai alat persetubuh.
  3. sebagai jalan lahir waktu partus.

Sel – sel dari lapisan atas epitel vagina mengandung glykogen. Glikogen ini menghasilkan asam susu oleh karena adanya basil – basil doderlein hingga vagina mempunyai reaksi asam dengan PH = 4,5 dan ini memberikan proteksi terhadap infasi kuman – kuman.

UTERUS

Merupakan jaringan bangian otot yang kuat, terletak di pelvis diantara kandung kemih dan rectum.Dinding depan dan belakang dan bagian atas tertutup peritoneum,sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.Bentuk uterus seperti bola lampu. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas.

Ada 2 macam ostium uteri internum:

Ostium uteri internum anatomikum yang betul - betul merupakan batas antara canalis servikalis dan cavum uteri.

Ostium uteri internum histologikum ialah, tempat pada kanalis servikalis dimana selaput lendir cavum uteri berubah menjadi selaput lendir serviks. Tempat ini letaknya sedikit di bawah ostium uteri internum anatomikum.

Bagian serviks antara ostium uteri internum anatomikum dan ostium uteri internum histologikum disebut ithmus uteri. Bagian tersebut dapat melebar selama kehamilan dan disebut segmen bawah uterus.

Uterus terdiri dari 2 bagian :

a) Servik uteri

· Bagian serviks di bawah istmus uteri.

· Berdasarkan perlekatan dengan vagina terbagi 2 yaitu : porsio dan bagian supravagina.

b) Korpus uteri

· Korpus uteri terdiri dari beberapa bagian:

· Istmus uteri : tempat dimana kanalis endoserviks membuka ke kavum uteri.

· Kornu : tempat bermuara kedua tuba fallopi yaitu dibagian superior dan lateral.

· Fundus : bagian atas uterus yang berbentuk konveks diantara kedua Kornu

Dinding rahim dibagi menjadi
3 lapisan

· Perimetrium (lapisan peritoneum) yang meliputi dinding uterus bagian luar.

· Myometrium (lapisan otot), merupakan lapisan yang paling tebal. Terdiri dari otot – otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar pada saat persalinan.

· Endometrium (selaput lendir) merupakan lapisan bagian dalam dari korpus uteri yang membatasi cavum uteri.

Sikap dan letak uterus di tengah – tengah rongga panggul dipertahankan oleh:

· Tonus uterus sendiri.

· Ligament – ligament dari uterus.

· Otot – otot dasar panggul.

Ligament – ligament uterus adalah:

  • Ligamentum latum
  • Ligamentum rotundum
  • Ligamentum infundibulo pelvikum
  • Ligamentum cardinale
  • Ligamentum sakrouterinum
  • Ligamentum vesiko uterinum

Letak uterus

  • Ante dan retrofleksi uteri
  • Ante dan retroversio uteri
  • Positio
  • Torsio

Tuba Fallopi

Tuba Fallopi:merupakan organ dengan panjang sekitar 12 cm dan diameternya antara 3 sampai 8 mm.

Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian

· Pars interstitialis, terletak diantara otot rahim, mulai dari ostium internum tubae.

· Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.

· Pars ampularis tubae, bagian yang paling luas dan berbentuk

· Pars infundibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang disebut fimbriae tubae.

Ovarium

Ovarium terdiri dari 2 bagian :

a. Korteks ovarii

Mengandung folikel primordial. Berbagi fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf.Terdapat korpus luteum dan albikan.

b. Medulla ovarii

Terdapat pembuluh darah dan limfe.Terdapat serat syaraf.

Genetalia Eksterna
adalah : alat reproduksi wanita yang terletak di perineum.

Bagian – bagian genitalia eksterna

1. Mons Veneris

Bagian yang menonjol diatas simpisis yang ditutupi oleh rambut kemaluan pada wanita dewasa.

2. Labia Mayora atau Bibir Besar

Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong yang mengecil kearah bawah terdiri dari jaringan lemak. Kebawah dan kedepan bertemu dan membentuk kommisura posterior.

3. Labia Minora (Bibir-bibir kecil)

Suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Kedepan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis.

4. Klitoris

Merupakan organ reproduksi yang besarnya sebesar kacang ijo sangat peka karena banyak mengandung syaraf, ini merupakan bagian yang paling sensitive dalam meneriman rangsangan seksual.

5. Vestibulum

Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh

· Kedua bibir kecil

· Bagian atas klitoris

· Bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil

Pada vestibulum juga terdapat beberapa muara, yaitu :

· Urethra

· Dua lubang saluran kelenjar bartholoni

· Dua lubang saluran kelenjar skene

6. Kelenjar Bartholini

Kelenjar yang penting yang berada pada daerah vagina dan vulva, karena dapat mengeluarkan lendir.Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks.

7. Himen (Selaput dara)

Merupakan jaringan yang menutupi bagian vagina, bersifat rapuh dan mudah robek.Himen ini berlubang yang berfungsi sebagai saluran dari lendir yang dikeluarkan oleh uterus dan darah saat menstruasi.Bentuk himen seperti bulan sabit dan berlubang-lubang.